26 Days in Europe – Amsterdam – Volendam: Lay Your Weary Head To Rest


There are times when fear of missing out conquer us completely and creating a thought that we might be left behind if we don’t move fast enough. Everything we do, we must do in fast pace. No time to slow down. There are too many things to see. We. Need. To. See. Everything. In. A. Short. Amount. Of. Time. Selalu begitu, tak bisa ditawar. Akibatnya, banyak hal menarik yang terlewat.

Volendam - Netherlands
Volendam – Netherlands

Burung camar yang melayang rendah di atas boat house lalu hinggap di pagar besi berkarat. Seorang Ibu berjalan bersama anaknya. Tangan mereka saling menggenggam, menumpukan rasa percaya dan mentransfer rasa nyaman ke tangan masing-masing. Suara tawa mereka riang, melayang dan menginfeksi manusia di sekitarnya. Ranting dan dahan pohon botak bergoyang dan berdesir mengikuti irama angin yang berembus. Rumput di taman yang masih tetap hijau dan kering walau musim dingin yang basah sudah tiba. Bayangan awan dan rumah kurus bertingkat tiga, empat dan lima di kanal sempit yang kemudian bergoyang dan pudar karena kayuhan kaki bebek manila.

Volendam - Netherlands

Volendam - Netherlands

Volendam - Netherlands

Volendam - Netherlands

Kita terlalu bergegas dalam hidup sehingga kerap lupa, perjalanan atau traveling, yang terpenting bukan destinasi akhir, bukan seonggok Eiffel yang menghias layar handphone, bukan Tower Bridge yang menjadi wallpaper, bukan cerita ke setiap orang dengan nada superbangga dan napas tersengal menahan nada pamer bahwa kita berhasil ke sekian kota dalam sekian hari, melihat A sampai Z, bukan foto cantik yang mendapatkan ribuan likes di Instagram.
Volendam - Netherlands

Volendam - Netherlands

Volendam - Netherlands

Tentunya, tak ada yang salah juga jika ada orang yang mengejar hal-hal tersebut. Tak ada yang salah dan benar dalam traveling. Tetapi, kembali ke pertanyaan dasar:

Why do people travel?

We want to see everything we forget to see the devil in the details. The beauty of small objects. The poignant sense of people and nature. Kita terjebak di lingkaran setan berjudul gengsi dan pamer. Padahal, kedua hal itu semu. Gengsi dan pamer dan rasa bangga bisa menguap secepat air mendidih di atas kompor yang lupa dimatikan apinya, pengalaman yang didapat ketika berinteraksi dengan alam dan manusia ketika travelinglah yang akan menetap di otak dan hati. Buat gue, berhasil naik ke puncak Eiffel dan menatap Paris membentang di bawah and brag about it kalah jauh ketimbang cerita gue melihat seorang copet superganteng yang ketahuan mencopet turis korea di sana.

After all, all we will remember is the feeling and the interaction. Places and cities will fade, but the stories will remain.

Itulah alasan kenapa gue nggak keberatan tidak mengunjungi tempat yang amat sangat popular. Gue tak suka tergesa-gesa dan lupa menyerap apa yang terjadi di sekeliling gue. Tentu, tak bisa dipungkiri atraksi kelas dunia yang menjadi buah bibir setiap orang pasti menarik. Namun gue tak berambisi untuk pergi ke setiap tempat, melihat sebentar, foto-foto, dan beranjak ke tempat lain, repeat, seperti yang terjadi kalau ikut tour dengan itinerary mahapadat.

Slow down, take a deep breath, look around. Get lost, it’s okay, and enjoy the view. Stop, sit down, have a cup of hot chocolate, and smile.

We don’t need the FOMO problem. In fact, it’s not even a problem if you’re ‘missing out’. Why? Because you have something they don’t. You get to relax your mind. You get to see interaction between actual living souls. The idea of traveling is to set yourself free from worry. Jadi ngapain traveling kalau bawaannya parno dan khawatir nggak sempat ke sini ke sana ke situ? Jadinya nggak relax dan terburu-buru. Slow down, and you will see what others don’t.

Volendam - Netherlands

Volendam - NetherlandsDan itulah yang gue kerjakan di Volendam. Gue mengamati. Meperlambat langkah. Berhenti. Menarik napas dalam-dalam. Mencerna. Duduk diam. Breathe in. Breathe out.

Volendam - Netherlands

Melihat bapak-bapak yang melayani kami berdua di sebuah restoran yang menyajikan makanan belanda (yang tak bisa gue ingat namanya). Mendengarnya bercerita bahwa banyak orang Indonesia yang ke Volendam. Melihat mereka berfoto dengan riang, meminta bapak ini memotret mereka. Ia bercerita dengan bangga, Volendam adalah kota kecil yang sangat cantik. Bahkan, banyak yang bilang lebih cantik dari Amsterdam. Gue mendengarkan dengan sungguh-sungguh, menimpali ketika perlu. Mungkin karena sikap manis gue, ia memberi bonus appetizer yang bentuknya lucu.

Percaya nggak, sikap ramah dan senyum tulus bisa mendatangkan banyak keuntungan? Gue udah membuktikan ini berulang kali. Kalau orang lain ngomong, hentikan mainan hengpong (gue sering nih kebablasan dan lupa), kalau mereka berbicara, tatap matanya, jangan memotong pembicaraan orang lain. Simple ethics yang banyak orang lupa. Dalam kasus gue, makanan gratis. Ya lumayan kan, modal senyum dan tampang ramah dikasih gratisan? Si bapak ini berkali-kali nyamperin kami, nanya gimana makanannya? Udah ke mana aja?

NAH! Ini dia. Gue nggak tau mau ke mana harus ke mana. Dia lalu menyarankan berbagai kegiatan. Salah satunya yang paling gue suka: duduk bengong di harbor. Oh yes, captain! Will certainly do! And that’s what I did.

Volendam - NetherlandsAmsterdam - Volendam Amsterdam - Volendam Volendam - Netherlands

Volendam - Netherlands

Volendam - Netherlands

Volendam - Netherlands

Volendam - Netherlands

Volendam - Netherlands
Dan di sini lah, gue melihat dua cowok berargumen dengan suara rendah. Hanya ada satu sepeda di situ. Gue mengambil kesimpulan, yang satu naik sepeda, yang satu terbang. Mungkin dia Superman. Tapi nggak pake celana dalam di luar, sih…

Volendam - Netherlands Volendam - Netherlands

Mereka berdua meributkan siapa yang akan mengasuh anak.

“You should have known, the minute you’re cheating on me, that’s when you lost all the right to take care of our son!”

Waduh. Masalah domestik. Gue buru-buru mengepak tripod dan terbang dari situ. Nggak enak nguping sementara mereka tampaknya sengaja memilih tempat di ujung dermaga untuk berbicara. Mudah-mudahan mereka nggak berpisah. Cakep-cakep soalnya. *lah*

Sambil berjalan di sepanjang dermaga, gue memikirkan kedua orang tadi. Pemandangan secakep apapun, kalau sudah terlibat dalam konflik besar, nggak akan dipedulikan kayaknya, ya… Untungnya, gue dalam keadaan riang gembira. Cuma kebelet pipis aja, sih. Other than that, I’m fine.

Volendam - Netherlands Volendam - Netherlands Volendam - Netherlands Volendam - Netherlands

So, yeah. Jangan terburu-buru. Jangan terlalu ambisius ketika traveling. It’s OKAY if you don’t get to see everything. In return, you get to see something else. Contohnya ya bapak yang ngasih gratisan, gak sengaja dengerin dua cowok berantem. Baca amrazing.com… ehe ehe ehe.

Selama masih ada waktu, rezeki pasti akan menghampiri. Jodoh gak akan ke mana. Kasih diri kalian PR. Menyenangkan, lho, when you have something to look up to. A sense of purpose is what we need to give ourselves.

P.S: theme website ini baru di-refresh semalam. what do you think? do you like it? do you like it a lot? let me know! :*


23 responses to “26 Days in Europe – Amsterdam – Volendam: Lay Your Weary Head To Rest”

  1. terima kasih atas sarannya untuk selalu bersikap manis kepada semua orang, btw, koh. ehehe..
    foto-fotonya cakep. selalu. yang ini bikin gakuku berat foto-fotonyaa.
    ditunggu postingan berikutnya, koh. themenya bagus bikin nyaman :D

  2. Gue baca tulisan ini kok nuansa nya berasa melancholic ya koh dibanding sebelum nya yang menggebu-gebu :)
    Btw theme website nya bagus, rapih ?

  3. Ah iya koh, sering ngalamin saking terburu buru mau foto sana sini, lupa nikmatin. Jadi pengen lebih santai pas liburan berikutnya, banyakin senyum biar banyak dapat gratisan ehehe. Makasih pelajarannya koh??. Oh iya, untuk temanya bagus! Aku sukaa ~ lebih enak nyari postingan tertentu. Lafff pokoknnya??

  4. I like your new theme, Lexy! A. Lot.

    And this post made me realized that it’s okay to be as a slow traveler, not too ambitious. :)

    Thanks for sharing this. :)

    PS: I love all the pictures you have posted. ??

  5. tampilannya oke kok koh…

    duh nggak sanggup lihat foto-fotonya… keep up the great work ya koh… semoga sehat terus & makin lancar rejekinya

  6. Suka yang lama..lebih clean…lebih lapang rasanya pas baca..lebih khusyuk (halah bahasanya) mencerna cerita2nya dan menikmati photo2nya… :D

    theme yang sekarang….lebih rame, karena di atas juga ada link buat sub-scribe, pilihan pembaca, pilihan gue, stay update dll dsb dkk etc itu…entahlah, mungkin tampilan yang sekarang lebih friendly user buat mobile reader kali ya (di layar PC gw ada space kanan kiri kosong yang gw asumsikan ini theme buat PC sekalian buat mobile)..

    dan tulisan kali ini..yahud seperti biasa..high five lah kita…slow down travelers..

    *foto yang gw ambil pas abis ujan di pantai Double Six Bali 2 tahun yang lalu*
    ibu dan anak mengantar matahari pulang.

  7. aku sukaaaaa temanya lebih teduh, lebih bikin mupeng, bikin ngiler, lebih mature, lebih sexy….

  8. The photographs are crazy!!! If I have to choose one of them, I’ll need a moment *by a moment, I mean forever….
    The new theme? I love it!
    Keep writing, keep posting the photos
    PS: I might be falling for your photography skill!! Da*n!! :p

  9. u are a great story teller lex, love the way you describe the time, place n a condition.
    don’t know much about previous theme, ini pertama kali gw masuk web lo (maafkan diriku >.<, biasanya cuma baca twit dirimu doank), n udah baca hampir 50% dari semua tulisan lo, haha,
    tapi theme yang sekarang enak kok buat baca nya.
    can't wait to read another story from u

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *