In The Name of Childhood Fun!


Ingat kesenangan masa kecil, nggak? Nggak ada yang ngatain tulisan elo busuk. Nggak ada yang memaki kalau gambar elo buruk. Paling diomelin nyokap-bokap kalo coret-coret tembok. Gue inget banget, gambar pertama gue adalah pemandangan dua gunung dengan satu jalan di tengah, matahari bersinar cerita di antara dua gunung itu, dan tentunya, harus ada sawah di kanan kiri jalan. Gue percaya, banyak di antara kalian yang juga sama kayak gue, hobi menggambar gunung plus jalanan plus sawah dan matahari yang di pinggirannya dikasih garis-garis. Haha!

Katanya, semua orang bisa menggambar. Sama halnya dengan kalimat sakti ini: semua orang bisa menulis. Gue setuju. Semua orang bisa menggambar, semua orang bisa menulis. Masalahnya adalah, ada yang memang berbakat dari sananya. Nggambar garis acak-acakan aja jadi artistik. Gambar buletan aja jadi karya seni. Gambar abstrak yang ntah apa maksudnya, mampu membuat orang-orang berdecak kagum. Sementara gue, nggambar garis aja mencang-mencong, gambar buletan jadi kayak roda becak nabrak tembok; alias gak beraturan.

Ada satu tweet yang lumayan membekas, yang isinya kira-kira begini, “Semua orang bisa menggambar, sayangnya, ketika dewasa mereka takut berbuat salah dan takut ditertawakan.” Setelah baca tweet ini, gue merenung lumayan lama. Iya, sih. Karena males diketawain, banyak orang yang akhirnya berhenti berusaha pada sesuatu hal yang sebenarnya bisa mereka kuasai lebih dalam.

 

Kita ambil contoh gampang, deh: Bahasa Inggris. Berapa banyak dari kalian yang grammarnya sempurna dan nggak pernah salah? Berapa banyak dari kalian yang nggak pernah menertawakan typo atau grammatical error orang lain? Dan, berapa banyak dari kalian yang akhirnya enggan untuk ngetweet/posting status facebook/nulis dalam bahasa Inggris hanya karena takut salah dan ditertawakan? Ketika kecil, kita tak takut berbuat salah dan ditertawakan, makanya lebih ekspresif dalam ‘berkarya’. Gue inget banget, gue nggak peduli dengan gambar standar pemandangan dan jalan yang membelah sawah, karena memang tak ada tuntutan untuk harus sempurna, harus bagus, harus dipuji, harus impresif dan sebagainya.

Ketika kecil, nggak ada beban layaknya beban yang ditanggung orang dewasa.
So, why can’t we go back? Berkarya for the sake of ‘fun’?
Berkarya karena kita memang senang melakukannya, bukan karena kita ingin orang lain melihat kita ‘bisa’?
Berkarya karena kita ingin berekspresi, bukan karena ingin dipuji?

Lalu, bisakah kita nggak membantai karya orang lain, nggak bersikap ‘holier than thou’, nggak menganggap ‘selera gue lebih bagus dari selera elo’, ‘gue lebih jago gambar dari elo’, ‘elo gak pantes bikin karya sampah kek gitu!’ dll dlsb? Gue rasa sih bisa lah, ya, membuang sikap angkuh dan nyebelin kayak gitu.

Now, let’s get back to ‘menggambar for the sake of fun.’ How about ‘menggambar for the sake of fun…. dan dapet hadiah juga’?

Jadi, ada kontes desain seatbelt dari Toyota, dan gue merasa perlu menuliskannya dalam bentuk blog karena menurut gue, kontes ini konsepnya keren banget.

Toyota meng-encourage orang-orang (baca: kita semua) untuk lebih peduli dengan keselamatan di jalan raya dengan menggunakan seatbelt. Gue sering lho, liat orang nyetir mobil, atau duduk di bangku penumpang, tapi gak pasang seat belt. Alasannya: ribet. Man… kalau sampai terjadi sesuatu, the seatbelt could be your life saver! “Ribet” is not even a valid excuse. Masak iya mau tunggu penyesalan mengetuk pintu mobil baru sadar pentingnya mengutamakan keselamatan? Yang gue suka lagi dari kontes ini adalah, si Toyota nggak menggurui dalam menyampaikan pesan pentingnya memakai seatbelt. Mereka malah ingin menggelitik sisi  kreatif dan fun kita dengan cara mengajak men-desain seatbelt yang lucu-lucu. Ini contoh salah satu desain seatbelt lucunya: Alexander

Do you think you can have fun and win the prizes? Ada iPad Mini 32GB Retina Display dan 10 seatbelt pad yang bermacam-macam motifnya. Ikutan, gih. Atas nama kenangan menggambar di masa kecil yang penuh kesenangan, atas nama kreativitas, dan atas nama keselamatan di jalan raya, semoga yang baca blog ini lalu memutuskan untuk ikut, bisa menang. Good luck! If you think you really can’t draw, it’s not a problem because you can actually vote so to help the winner get prizes. So, why don’t you? It’s fun either way!


4 responses to “In The Name of Childhood Fun!”

  1. Keren koh. Cara penyampaian bahasanya oke banget. Padahal cuma mau nyampein kuis yg diadain Toyota, tapi ga keliatan kalo blog ini sbenernya cm mau nyampein kuis itu.
    Sedikit curhat ya koh, aku drdl suka banget nulis. Entah itu diary atau dlm bentuk ceria fiksi. Cm sempet berhenti karna ‘merasa’ aku ga bakal bs sejago penulis2 lain spt koko contohnya. Tapi semenjak aku baca buku koh lexy yg bercerita dri cm jualan hape sampe akhirnya jadi penulis terkenal, ‘membangunkan’ semangat aku buat nulis lagi meski cm aku baca sendiri. Heehe

    Thanks ya koh, tetep ngasih semangat n inspirasi buat calon2 penulis besar diluar sana yang mungkin masih seperti aku, takut karyanya jelek dimata orang lain.

    :))

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *