What Is The Story of #SomewhereOnlyWeKnow?


IMG_1477
Sebelum masuk ke cerita di balik novel baru gue, mari umumkan pemenang tongkat Voldemort dari postingan gue bulan lalu. Hello, T.M.Riddle.Jr aka Mr. Bagus Rezandi (yes, I track you down! #eaaa)  yang posting komen epic ini, elo menang tongkat Voldemort! Mention gue di twitter, atau email gue, ya!
Screen Shot 2015-08-06 at 02.58.56

Untuk tata cara pre order buku gue, ada di postingan sebelum ini, atau, klik ini: PO SOWK

Now, let’s visit my memories.

Mei 2014. Gue udah mulai rajin ngetweet tentang novel baru gue. Ide ceritanya, didapat dari kisah tiga orang teman gue setahun sebelumnya. Awalnya, gue udah punya ide lain untuk dijadikan novel. Namun ketika negara api menyerang, … wait, joke ini udah basi. Namun ketika dua teman gue (Ari dan Widya) datang ke apartemen sambil bawa ayam endeus dan menceritakan bagaimana relationship mereka, gue langsung ‘terpanggil’ untuk menuliskan kisah mereka berdua, dalam versi gue sendiri. Betapa senangnya gue ketika mereka mengangguk setuju.

Beberapa bulan kemudian, gue maen ke Ubud. Di sini, gue ketemu Daniel. Di sebuah kedai piza, Daniel cerita tentang relationship-nya dengan seseorang yang belum pernah ia temui. Gue kaget dan terpesona mendengar cerita absurd bin ajaib Daniel hingga melupakan piza enak yang sedang gue makan. Lagi-lagi, Daniel mengizinkan gue mengadaptasi kisah aslinya menjadi sebentuk fiksi.

Okay. Dua cerita yang berbeda kutub udah ketemu. Tugas gue: menjahit cerita tersebut menjadi satu kesatuan. Lalu, gue mulai merancang karakter. Ada empat karakter utama di #SomewhereOnlyWeKnow. Ririn, Kenzo, Arik, dan Hava. Empat karakter ini gue bedah. Apa kesukaan mereka. Hobinya apa? Cara ngomong gimana? Fisiknya kayak apa? Kelemahan mereka di mana? Apa yang mereka takuti? dan seterusnya. Bahkan, di daftar karakter yang gue buat, gue cantumkan zodiak masing-masing karakter. Gak hanya zodiak, gue ngasih kepribadian berdasarkan 16 personalities Myer-Briggs.

Karakter kelar, saatnya membuat outline. Gue ini orangnya gampang banget terdistraksi (maklum, gue kan, Aquarius, wekawekaweka), maka gue membutuhkan ‘panduan’ untuk meniti cerita SOWK. Setelah utak-atik, gue memutuskan untuk menulis dari dua sudut pandang. POV Ririn, dan POV Kenzo. Apa artinya? Artinya gue cari mati. Gue harus menenggelamkan diri ke kepribadian Ririn ketika menuliskan chapternya, dan berubah menjadi Kenzo ketika menuliskan kisahnya. Susah, nggak? Oh, it was challenging! Menulis dari POV orang pertama itu artinya elo harus bisa mengubah gaya tulisan sesuai kepribadian si karakter. Ririn itu orangnya happy-go-lucky, cablak, lebay, gampang khawatir pada hal-hal kecil, centil, dan pikirannya tuh ‘cewek banget’. Sedangkan Kenzo itu pendiam, suka menyimpan masalahnya sendiri, seorang hopeless romantic, depresif, over-thinking-nya parah. Dua karakter yang bertolak belakang, dan dua karakter ini berbeda jauh dari karakter gue.

Karena model ceritanya adalah ganti-gantian di setiap chapter, maka emosi gue ketika menulis juga terjungkir balik. Misalnya, di chapter satu, gue menulis dari sudut pandang Ririn dengan mood ceria, lalu di chapter dua, mood ceria itu lesap dan berganti jadi mood yang mellow parah tapi nggak boleh menye. Seterusnya, berganti-gantian. Gue pun jadi mengikuti mereka, pindah-pindah mood. Sebenarnya, bisa aja gue menulis bagian Kenzo dulu sampai kelar, atau bagian Ririn dulu sampai kelar. Tetapi, gue nggak mau. Kenapa? karena alur cerita kedua orang ini bertabrakan, bersisian, saling bahu membahu. Dengan menuliskan cerita satu orang sampai kelar, gue khawatir akan banyak plot yang bolong.

Ada kalanya, gue nulis satu chapter dengan hati berbunga-bunga, dan ketika memulai chapter baru untuk Kenzo, gue mendadak mellow luar biasa, bahkan di beberapa titik, gue ngetik sambil nangis. x)))) Kacau, deh, pokoknya. But, hey, i am so proud of this book. Kalau gue Voldemort, maka #SomewhereOnlyWeKnow adalah horcrux gue, karena gue menumpahkan sebagian jiwa gue ke situ. *lebay but it’s true*

Sekarang, mari simak sedikitttttt teaser yang pernah gue bagi di socmed. Btw, yang gue upload di sini adalah versi yang belum selesai diedit, yang belum gue kirim ke editor. Saat kalian membaca bukunya, bisa jadi ada bagian yang hilang, atau bagian yang berubah. ;)

SOWK1

SOWK2

SOWK3

SOWK4

SOWK5

SOWK6

SOWK7

SOWK8

SOWK9

Bahkan, gue juga berbagi playlist yang jadi teman ketika mengetik. Silakan dicatat dan dicari lagunya kalau memang belum tau.
Satu lagu di antara sekian banyak lagu ini, akhirnya menjadi judul novel gue. Yep, it’s Somewhere Only We Know from Keane. The reasons are simple enough:
Lagu ini paling sering gue dengerin.
Di dalam novel, memang ada tempat spesial untuk karakter utamanya.

By the way, kalian cari lagu The Promise-nya Tracy Chapman, deh. Ketika tiba di bagian yang ada lagu ini, dengarkan sambil membaca. I promise you, it’s worth it. :D

SOWKPLAYLIST1

SOWKPLAYLIS2

Kayaknya segitu dulu cerita tentang #SOWK #SomewhereOnlyWeKnow, ya. Oh, satu lagi, deh. Di bawah ini adalah blurb untuk buku gue.

“You don’t define love. You just… love.”

Kenzo
Menyusuri jalanan Hanoi yang basah, menerobos hujan yang masih turun dengan deras, gue melangkah tanpa peduli ke mana kaki membawa gue pergi. Lampu kuning jalanan membuat jejak-jejak rintik hujan tampak jelas. Entah karena gue yang delusional atau terlalu romantis menjijikkan, gue setengah berharap dia akan muncul di ujung jalan, bersandar pada tiang lampu, membawa payung, dan tersenyum melihat gue.

Ririn
Kenangan itu masih sejelas dan sebening film yang berformat blu-ray. Gue tertawa kecil ketika membuka pintu taksi, membayangkan wajah aneh Arik sore itu. Dalam perjalanan pulang, gue bermimpi tentang berdansa di awan, sementara kembang api meledak-ledak di sekitar gue dan Arik.
Arik, can we be infinite? Most of all, is this the love we think we deserve?


5 responses to “What Is The Story of #SomewhereOnlyWeKnow?”

  1. Sambil nunggu antrian E-KTP di catatan sipil yg super duper lama gue baca2 post amrizing sampe pada saat gue kepo knp ko lexy nulis buku SOWK yg udah gue baca krg lbh 1 thn lalu, yg berhasil membuat gue merasa melow melow sampai posting foto2 model di FB dan IG dg caption cerita puitis panjang yang kocak ending dg hastag #storygraphy. Stlh baca postingan ini jd keinget saat stlh baca novel SOWK dan pingin posting foto dg caption cerita puitis panjang yang kocak ending lagi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *