Hobi gue, salah satunya, adalah mengamati manusia. Apa yang mereka kenakan. Gestur mereka ketika berbicara. Bagaimana kepribadian mereka muncul lewat tulisan. Bagaimana mereka berinteraksi dengan sesama. Bagaimana mereka memperlakukan orang lain. Banyak hal menarik yang bisa gue dapatkan dari ‘sekadar’ mengamati. Menjadi penonton. Menontoni manusia bergulat dengan hidup mereka dengan segala dramanya. Turut andil dan hadir dalam secuil babak hidup mereka. Salah satunya, seorang perempuan mengagumkan yang bernama Anggun Prameswari.
Berawal dari Twitter, gue kerap mengamati bagaimana Anggun berinteraksi. Bagaimana dia membagi pikirannya lewat tweet. Membaca ‘curcol’ nya juga lewat tweet, maupun lewat blog pribadinya. Hihi. *Lexy, si stalker andal* Lalu, suatu hari gue berkesempatan bertemu Anggun secara langsung. Rupanya, nama merefleksikan tingkah laku. Anggun adalah perempuan yang anggun dan tenang. Dan dari pertemuan itu, juga dari hasil stalking tweet mau pun blognya, gue meyakini satu hal: Anggun harus menulis buku. She’s a fine writer. I love the way how she sees things.
Belum lama ini, novel fiksi pertama Anggun terbit. Judulnya, After Rain. Beberapa waktu yang lalu, gue mendengar kabar bahwa After Rain sudah cetak ulang. Berita yang sama sekali tak mengherankan. Gue akan sangat heran kalau buku ini nggak laku. Hehe. Di bawah ini, adalah tulisan dari Anggun mengenai buku After Rain-nya. Enjoy :)
Konon, kata orang, cinta itu nggak pernah salah. Sekali lagi, kata orang, lho. Orang yang mana? Entah.
Menurutmu sendiri, cinta itu selalu benar dan nggak akan pernah salah? Monggo dijawab sesuai dengan pengalaman percintaan masing-masing. Aku selalu yakin masa lalu setiap orang memiliki andil yang cukup besar untuk merumuskan sebuah pandangan hidup. Termasuk tentang cinta.
Berapa kali kamu pernah jatuh cinta?
Berapa kali pula akhirnya kamu benar-benar jatuh dan patah hati?
Bagi Seren, jatuh cinta itu sekali seumur hidup.
Blah, hari gini?
By the way, siapa itu Seren?
Yuk kenalan dulu sama Serenade Senja, tokoh utama di novel debutku, After Rain. Seren itu cewek melankolis yang punya gambaran ideal tentang percintaan. Bara adalah cinta pertamanya yang sempurna. Saking sempurnanya, Seren tetap bergeming mencintainya walaupun jelas-jelas tak ada masa depan yang tersisa baginya lagi bersama Bara.
Maka hatinya terjun bebas. Praaakk! Pecah dong. Hancur berkeping-keping. Semburat tak beraturan. Saat punggung Bara menjauh, Seren hanya bisa memunguti pecahan hatinya sambil menahan perih.
Tahukah kalian, semesta bekerja dengan cara tak dinyana? Saat kita membutuhkan sesuatu, teramat sangat tak tertahankan lagi, maka semesta akan segera mengirimkannya untuk kita. Walau sering kali bukan dalam bentuk yang kita inginkan, tapi semesta tahu apa yang kita butuhkan.
Dan di sanalah Elang, mengulurkan tangannya. Membantunya mengumpulkan pecahan hati. Merekatkannya kembali.
After Rain.
Hujan itu air mata. Hujan itu badai. Hujan itu dinginnya mirip rasa sepi di hati. Dan bagi Seren, Elang adalah Mr. After Rain, lelaki yang datang selepas hujan di hatinya sendiri. Namun, siapkah hatinya untuk menerima kedatangan Elang, terlebih saat Bara memutuskan untuk kembali memperjuangkan Seren?
Guys, pernahkah kita menjadi Seren di satu titik kehidupan kita? Salah mencintai; cinta pada orang yang salah, waktu yang salah, kondisi yang salah. Semuanya salah, sampai-sampai kita tak tahu lagi bagaimana memperbaikinya.
Ah, aku bisa mendengar suara koor setuju di kejauhan sana.
Dan untuk itulah aku menulis After Rain ini. Saat kita memutuskan untuk jatuh cinta, detik itu juga kita harus menyiapkan hati untuk patah. Begitu tiba masanya kita patah hati, yakinkan diri sendiri bahwa kita masih bisa jatuh cinta lagi.
Jangan khawatir, After Rain ini fiksi kok. Bukan kisah nyata. Namun, emosi yang ada di dalamnya adalah fakta bagi sebagian orang.
Aku nggak mau tahu, apakah kamu belum pernah jatuh cinta, pernah jatuh cinta, sedang jatuh cinta, atau kapok jatuh cinta; carilah tahu sendiri, apakah betul yang kukatakan tadi.
Benarkah kita – di satu titik kehidupan kita ini – pernah menjadi seorang Seren, yang salah mencintai dan berusaha bertahan?
Jika benar begitu; benarkah kata orang bahwa cinta itu tak pernah salah?
Bacalah. Temukan jawabannya di After Rain.
PS: Postingan blog ini adalah bagian dari “GagasDebut Virtual Book Tour”. Informasi lebih lanjut tentang siapa saja penulis yang dibahas, dan apa itu Gagas Debut Virtual Book Tour, yuk mari ke sini: GAGAS DEBUT VIRTUAL BOOK TOUR
5 responses to “Benarkah Cinta Selalu Benar?”
Woooh… jadi pingin beli bukunyaaa
hujan itu tetesan air mata yg tidak dapat tertahan .. namun tidak mampu keluar melewati air mata..
Keren! Penasaran sama bukunya.
i wanna read this one deh.
aku juga pernah denger katanya ini novel ajaib.
i’ll check soon.
by the way, i love the way she wrote: “Saat kita memutuskan untuk jatuh cinta, detik itu juga kita harus menyiapkan hati untuk patah.”
that’s unbelieveble fact :’)
Sepertinya tertarik untuk membeli novelnya. Aku sih sedang mengalami apa yang dialami Seren. “Salah mencintai; cinta pada orang yang salah, waktu yang salah, kondisi yang salah. Semuanya salah, sampai-sampai kita tak tahu lagi bagaimana memperbaikinya.”
Dan orang itu sudah pergi. Rasanya hati seperti pecah memang. Banyak yang datang mendekat tapi ya sulit sekali untuk menerima, bahkan hati seperti sudah tertutup.