Udah lama ya, nggak ngeblog… Whatever happens to the so called consistency, Alex? Padahal, I have so many stories to tell. Too many, malah. Tapi begitu mulai ngetik beberapa kalimat di blog, bawaannya udah males, gampang terdistraksi, dan dua juta empat belas alasan lainnya. Perasaan gue dulu … juga males. WK WK WK.
ANYWAY!
Udah baca postingan sebelum ini? Gue bercerita tentang papa gue yang meninggal. Tentang bagaimana kesedihan gue karena nggak bisa menghibur nyokap karena ada kerjaan. Mungkin itu postingan tergalau gue. hhh. Yang bikin gue lebih galau lagi adalah ketika menyadari gue tiba di Hong Kong, tapi nggak bisa nyamperin nyokap karena status gue cuma penumpang yang sedang transit untuk ke Madrid. Aslik, sedih. Campur senang. Tapi sedih. Tapi senang sekaligus bangga karena gue satu-satunya fotografer/influencer yang diundang ke acara Madrid Fusion. Mixed feeling banget pokoknya.
Initially, trip gue dan Erza harusnya berawal di Madrid, ikutan Madrid Fusion, lalu keliling Eropa. HARUSNYAAAA! Tetapi seperti idiom kece ini: manusia berencana, Tuhan menentukan. Rencana kami berantakan semua. Seharusnya, selepas Madrid, kami pergi ke Barcelona, lanjut ke Geneva, Tyrol Region, Vienna, Budapest, Venice, dan pulang dari Paris. Total durasi perjalanan: 1,5 bulan. Total perencanaan: berbulan-bulan. Kenyataannya… (this will be on my next post!)
Setelah badai mixed feeling di Hong Kong International Airport dan mengagumi lounge Cathay Airways yang bagusnya gak tanggung-tanggung (gue akan bikin postingan khusus tentang ini!), Madrid Fusion ngasih gue pemahaman baru tentang dunia gastronomi. But… what is Madrid Fusion, tho? Well, it’s the biggest gatronomy event in the world. By biggest I mean satu gedung geda full dipake untuk bermacam-macam event berkaitan dengan culinary. Now, I know very little about gatronomical world, tetapi, gue memanfaatkan event ini untuk belajar. Mulai dari belajar motret makanan (I still suck but I think I’m a bit better), mengenal chef-chef luar biasa yang tampil di event ini, jenis spices khas Spanyol, belajar bagaimana sih seorang jurnalis mewawancarai narasumber, dan gue jadi tau, tapas itu nggak cuma satu dua jenis saja, tapi ratusan, setiap region di Spanyol punya tapas khas sendiri.
Well, Madrid Fusion is the heaven for food lovers, that’s for sure. Tahun ini, negara kehormatannya adalah Argentina. Namun gue berharap, dan juga sudah menyampaikan ke panitia, betapa kayanya kuliner Indonesia. Kita punya banyak sekali jenis makanan, bumbu, cara pengolahan dan penyajian, dan gue berharap, di tahun-tahun ke depan Indonesia bisa menjadi negara kehormatan di Madrid Fusion dan menjadi sorotan dunia. Gue ingin melihat mata yang terbelalak saat mencoba rendang, opor ayam, papeda, gado-gado, rawon, dan ratusan jenis makanan lain serta rempah-rempah yang bahkan orang Spanyol belum pernah lihat. Salah satu mimpi gue: Indonesia menjadi salah satu negara utama tujuan wisata cabang kuliner. Kejauhan? Kayaknya nggak.
Selama empat hari di acara Madrid Fusion, gue berkenalan dengan banyak orang hebat. Mereka adalah editor in chief majalah bergengsi dari seluruh dunia dan jurnalis-jurnalis keren, duta besar, chef yang biasanya hanya gue lihat di TV atau majalah misalnya Mario Sandoval yang awalnya gue pikir adalah aktor hollywood saking gantengnya (saat sesi wawancara, gue nggak berkedip ngeliatin chef ini sambil mikir, kok bisa-bisanya sih ada orang seganteng ini dunia sungguh tak adil aku merasa seperti butiran pasir di dekat berlian). Kemudian, ada chef Joan Roca. OMG. THE Joan Roca!! Chef kharismatik yang restorannya berkali-kali mendapatkan gelar The Best Restaurant In The World!! It’s hard to believe that THE Joan Roca was there, sitting in from of us, giving clever answers to Erza’s questions!
Pengalaman Madrid Fusion tak hanya dijamu di rumah Dubes Argentina di Madrid, atau mengikuti workshop dan mencicipi tapas dan cokelat dan mengunjungi booth-booth negara lain seperti Korea, Jepang, Chile, Peru, Filipina. dan lainnya (lagi-lagi, gue mempertanyakan mengapa Indonesia tak hadir), tetapi juga makan malam di restoran-restoran di Madrid. Yang paling seru, adalah di hari terakhir ketika kami diajak untuk mengikuti Tapas Route. Kami ke Platea Madrid, Atrapallada, La Huerta de Carabana, dan yang paling mengesankan dari segi view: Puerta 57 karena berada di stadiumnya Real Madrid, Santiago Bernabeu! Gue jadi ngebayangin makan malam di situ sambil menyaksikan pertandingan Real Madrid. Oh my god. Kayak apa ya, rasanya?
Hal mengesankan lain: ketika kami diajak ke dapur Queen Anne di Royal Palace of Madrid. Luas dapurnya mungkin lima kali lipat rumah gue. Gede banget! Namun yang mengesankan bukan hanya luasnya dapur kuno ini, tetapi fakta kami ke sana duluan sebelum dapurnya dibuka untuk umum, di bulan Mei ini. I feel extra special because of this! Hahaha!
Selain mengikuti Madrid Fusion, gue dan Erza sempat jalan-jalan di hari pertama, lalu kami juga ke Valencia. AND OH MY GOD VALENCIA IS INCREDIBLY BEAUTIFUL!!
Anyway, Madrid Fusion has opened my eyes to many culinary wonders, I gained so many new friends from all over the world, and I am really grateful for this experience as it was my first time ever. Of course, as Indonesian, I sincerely wish the next Madrid Fusion would feature food from Indonesia, alongside with Spain, as this country is one big culinary paradise since Indonesia is an archipelago country. We have different food from Sumatera, Kalimantan, Java, Sulawesi, Maluku, to Papua. The list and the variety of the food is endless.
Nah, kalau Indonesia beneran diajak gabung di event gastronomy yang paling bergengsi di dunia, Madrid Fusion, menurut kalian, makanan apa yang harus masuk? Let me know in the comment below!
Until next post, very soon!
6 responses to “Madrid Fusion: Surga Makanan Dunia!”
COTO MAKASSAR!
KONRO!
PALLUBASA!
Nasi padang
soto sokaraja…
Salam kenal.. Tau bukunya.. Cm baru buka blognya
Jajanan pasar!