Semarang and Solo VS KL and Penang


FullSizeRender 16
IMG_1314
Februari selalu menyenangkan. Bukan hanya karena bulan ulang tahun gue, tapi juga karena prospek jalan-jalan. Kalau tahun lalu gue menghadiahi diri sendiri dengan trip ke Iceland, tahun ini gue memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama pacar (baca: gue nggak dikasih izin jalan-jalan cendilian huhuhu…) Etapi, ya… percaya nggak, justru ketika elo nggak ngarepin apa-apa, maka ada aja rezeki yang terbang centil menghampiri? Itu juga yang terjadi ke gue.

Pertama, gue diundang ke KL dan Penang. Awalnya, sih, gue kepengin menolak. I mean, it’s just KL. Males amat harus ke negara tetangga yang pasti nggak lebih keren dari Jakarta. Iye, gue emang sengak dan bloon banget mikir kayak gitu. Padahal ke sana aja belum pernah. Kebiasaan manusia (baca: gue) suka berasumsi padahal tau juga nggak. Begitu sampai di KL, gue bengong. Apa yang gue bayangkan ternyata berbeda jauh. KL nggak jorok, nggak berantakan, nggak semrawut, nggak ndeso apalagi ketinggalan dari Jakarta. Bahkan, sepenglihatan gue, KL udah lebih maju dari Jakarta terutama dari sisi infrastuktur dan transportasi. Lah, mereka udah punya monorail cobaaa. Kalo mau lebih jujur, Jakarta malah ketinggalan jauh. Asli, gue malu beudh.

FullSizeRender 13

IMG_1490

This saying is true: jangan sembarangan ngejudge dulu sebelum lo tau pasti apa yang terjadi. Jangan punya mental, yang penting komen dulu, salah bener belakangan.

IMG_1126

Kemudian, gue diundang Kementrian Pariwisata untuk maen ke Semarang dan Solo dalam rangka mempromosikan #ImlekNusantara. Acaranya seru-seru parah! Banyak banget kegiatan outdoor yang memang kedoyanan gue. Dari maen ke bukit, off road ke hutan lalu menclok di candi, sampai menyaksikan carnaval Grebeg Sudiro di Pasar Gedhe Solo yang kerennya ampun-ampunan. Detail cerita dua kota ini, di postingan lain, ya! :D

FullSizeRender 25

FullSizeRender 19

FullSizeRender 22

Yang mau gue bahas di sini adalah kegiatan di Kuala Lumpur, Penang, Semarang dan Solo yang berturut-turut. Sebagian besar kegiatan gue tentunya outdoor dan berbau petualangan, sehingga gue harus benar-benar mempersiapkan diri agar selalu fit. Kan gak lucu banget pas maen ke hutan malah ngerepotin rekan satu team karena guenya kecapekan dan bengek kumat kebanyakan jalan. Itu salah satu alasan gue aktif nge-gym. (kalo di Twitter, setiap nge-gym gue selalu ngetweet: mau gedein tetek, ah… xD)

Selain fisik yang fit supaya kegiatan tomboy gue: manjat batu, nyebrang sungai, maen ke hutan, lari ke pantai, nggak bikin orang lain repot, ada satu hal lagi yang biasanya bikin gue sebel. Yang namanya kegiatan outdoor, tentunya akan dibanjiri terik matahari. Akibatnya, gue tambah sipit karena silau. Solusinya? Ya pake kacamata hitam, dong. Biar sekalian terlihat keren.

Masalahnya, gue nggak suka hal yang ribet.
Dan gue ini pelupa kelas berat.

Pake kacamata hitam di luar ruangan supaya mata gue yang cuma segaris nggak merasa silau, lalu bongkar tas, cari kacamata biasa ketika masuk ke dalam ruangan itu peer banget. Ribet, nggak praktis, dan sialnya, gue suka kebablasan pake kacamata hitam masuk ke dalam ruangan yang penerangannya seadanya. Kurang alay gimana, coba? -__-

Karena faktor kepraktisan dan kegiatan gue yang banyak di luar ruangan yang artinya harus berurusan sama sinar matahari dan UV itulah, gue akhirnya memutuskan mengganti kacamata. Sekarang, gue pake kacamata yang lensanya bisa otomatis mendeteksi sinar UV, sehingga pas di luar ruangan dan pas matahari lagi gahar-gaharnya, si lensa menggelap dengan otomatis.

IMG_1588

Kacamata hitam yang selalu gue bawa, nggak kepake sama sekali pas di Kuala Lumpur, Penang, Semarang maupun Solo. Nggak ada juga insiden diliatin orang satu resto remang-remang karena pake kacamata hitam. The thing is, gue bahkan nggak ngeh kalo lensanya menggelap otomatis karena pandangan gue tetap jernih, both indoor and outdoor. Kayak nggak ada perubahan. Yang jelas, gue nggak merasa silau sama sekali walau jalan kaki di tengah hari. Ahzek.

IMG_1122

Teknologi Chromea7 dari Transitions® bekerja dengan baik, amat-sangat-baik. Mata gue terlindung dari sinar UV, gue gak perlu ribet ganti kacamata hitam, pas difoto pun, kece. (ini point yang sangat penting!) But anyway, kacamata gue ini ya nggak akan segelap kacamata hitam, sih. Yang jelas, cukup banget buat gue supaya nggak silau di bawah sinar matahari langsung.

Kurang lebih 8 hari jalan-jalan di empat kota berlangsung mulus tanpa kendala. Mata gue tetap nyaman, sampe ditanyain orang di Penang,
“Ey, your glasses is so cool, lar. Just now I saw you inside and it was clear, but now your glasses have color! You have two similar glasses, ke?”
Sambil nyengir, gue jawab, “No lar, uncle. I use this special lens.”
“What special lens?”
“Well… this lens has propriery photochromic technology that has been imbibed into the lens, uncle. When you’re walking in daylight it gives you shades hence it protects your eyes. So my eyes will not get any … sipit.. er…”, jawab gue sambil mikir, sipit apaan ya, Bahasa Inggrisnya? Apaan coba sipiter itu? -___-

Tepat seperti dugaan gue, si uncle berkacamata bulet kek kacamata Harry Potter (hanya saja, uncle ini ndak mirip Harry. Wong lebih sipit dari gue dan ndak beraksen British plus berperut cembung…) bingung.
“Sipiter whooooo?”
Nah, loh! Dia mengira gue lagi ngomongin Si Peter. Bloon banget sik, gue!
“Uhm… I mean… Chinese eyes… or… narrow eyes! With this kind of lens you eyes will not be narrower because of the sun!” Adooooh! Sumpah gue merasa tambah bego. Untungnya, si uncle ngerti. Buktinya, dia mengangguk-angguk sambil menatap mata gue penuh minat. Otomatis, gue mundur selangkah. Bahaya kalo mendadak dia memonyongkan bibirnya, ye kan…
“Where do you buy it?”
“Optik lah, uncle! Masak saye beli di tukang ikan?”
Sebelum ditampol si uncle, gue buru-buru ngasih tau, “Just tell the optic guy that you want a Transitions® Signature™ adaptive lenses, they fit almost all eyeframes and are available in many lens materials, and will work with your prescription and any other coatings you may wish to add. They will understand. Okay?”
Si uncle mengangguk-angguk, gue ikut mengangguk-angguk.
“Mahal, ke? Pricey?”
“Ya depends on your frame and your prescription, Uncle. Sudah, ye? Saye macam sales glasses, ni.”

Sebelum si uncle nanya macem-macem lagi, gue dadah-dadah dan melipir masuk ke dalam hotel. Udah sore dan harus packing, soale.

Mungkin kalo gue balik ke Penang, gue bakalan ketemu si uncle dan dia udah jadi uncle gaya yang pake kacamata dengan teknologi Transitions® Signature™ di lensanya. Kalo beneran kejadian, si uncle ini akan gue ajak selfie!

Meanwhile, kalian liat koleksi foto-foto gue pas jalan-jalan aja, ya? I will try to update this blog more often. Banyak banget cerita yang belum ditulis, banyak banget foto yang belum dipamerin soalnya. :p

Kawasan Kota Tua Semarang memang asik banget untuk photo hunting. Buanyak banget spot yang bagus dan artsy.
IMG_1586
FullSizeRender 23
IMG_1583

Salah satu view di Candi Cetho. Abis hujan dan ketika sinar matahari tampak sedikit, langsung bengong saking cakepnya.
FullSizeRender 21

Ruang pengap tertutup yang dijadikan tempat menempa gamelan di Solo. Gue kepanasan, kegerahan, keringetan, belepotan debu halus. Padahal cuma sebentaran aja di sini. Bisa dibayangkan kuatnya fisik penempa gamelan yang harus bekerja seharian. Salut untuk mereka.
FullSizeRender 20
FullSizeRender 26

What is Penang known for beside cheap hospitals? Food, larrr, uncle! Makanan di sini, kalo nggak enak, ya enak banget. Buat kamu yang beragama Islam dan nggak makan babi, tanya dulu halal atau nggak nya, ya.
FullSizeRender 14
FullSizeRender 17

Dua foto di bawah adalah pemandangan KL dari salah satu resto di KL yang mengusung out door restaurant. Uniknya, Heli Lounge Bar memang beneran tempat untuk helicopter mendarat. The view was great, especially on sunset.
FullSizeRender 15
FullSizeRender 18

Petronas at night. Sengaja ambil foto dari angle ini karena gue pengin ngetes wide angle lens yang gue gotong (beras kali, ah, digotong…) dari Jakarta.
IMG_1135
IMG_1379

Penang Hill at night. Yang di atas adalah track kereta naik ke bukit ini. Jadi nggak perlu sampe betis bekonde untuk menikmati pemandangan ini. xDIMG_1493


18 responses to “Semarang and Solo VS KL and Penang”

  1. ketika hasil foto “lebih keren” dari tulisan nyaaaaaaah
    disitu saya iri……………!!!!!!!!!!!!!!!!!!

  2. Indon memang bangsa xsdar diri..malaysia negara keenam termaju kat asia ni ye selepas taiwan.kurang 4 tahun lagi..malaysia jd negara maju berpedpatan tggi..30000 usd perkapita..kalau nk banding ngan indon huh 1000 usd pun susah nk capai..perasan lebih..kata negara dia lebih hebt la bagus la..tgok2 xder la hebat sgt..puuuiii..kih kih kih..jage2 ade yg memeghati…

  3. 무하마드(muhamadeu) OY KAMPRET BAHASA apaan tu gw baru tau klo ada bahasa kek gitu di KBBI lo ngaca dulu lah. Negara lo masuk G20 gk , gk kan! kalo gitu tutup mulut lo yang monyong sana. TRUS gw gk nanyak kalo 4 tahun lagi negara lu jadi negara maju.

  4. muhamadeu tolong jangan memalukan rakyat Malaysia di sini. Maaf rakan-rakan Indonesia, bukan semua orang bersikap no menace seperti muhamadeu yang disifatkan sebagai keyboard warrior. you are all welcome to Malaysia. I have been to Bali, it’s a very beautiful place. di Malaysia tidak ada tempat cantik seperti itu :)

  5. Hai muhanadeu kamu tak pernah ke jakarta ya.. Ngaca dong.. Jakarta itu kota metropolitan terbesar kedua di dunia. Kualalumpur bagus iya tapi kecil. Indonesia masih punya bali dan banyak daerah yg spotnya bagus.. Memang pendapatan di Kl lebih besar karena penduduk kaliam sedikit. Beda dengan ribuan penduduk di indonesia..

  6. Buat penulis lain kali kalau nulis mikir ya mas. Kalau cinta dg malaysia silhakan pindah warga negara. Bangsa indonesia tak butuh anda yg tdk mensyukuri anugrah yg di berikan. Kalau cuma masalah monorail itu gampang, tapi cek dulu bagaimana kondisi dan padatnya jakarta. Jalan jalan dulu ke bali ke lombok ke bandung ke sumatra ke borneo indonesia ke celebes ke raja ampat papua ke jogjakarta.. agar tahu indahnya indonesia. Indonesia masih punya gunung gunung berapi yg indah yang bisa meng kiamatkan dunia. Atau mungkin anda tidak suka wisata alam, lebih suka dengan gemerlap kehidupan..

  7. LOL, by listed in the G20 desnt mean your country is developed enough, Singapore does not even listed but still be considered as a fully developed nation…the one should be encountered in the developing status measurement is GDP per capita..it is more likely an average scale among the total population toward any particular country ..plss take note

  8. Singapore maju ya karena penduduknya seiprit. Dibanding DKI Jakarta juga banyakan Jakarta. Indonesia memiliki populasi terbesar ke-4 dunia. Please, gak sepadan lah dibandingkan. Think logically. Coba tuh si pemimpin Singapore suruh mimpin Indonesia, bengek pasti! Dipikir gampang. Soal pendapatan per kapita juga ya elah anak SMP juga paham wong itu faktor pembagian. Pembaginya makin besar ya makin kecil pendapatan per kapita. Singapore sama Malaysia kan rakyatnya dikit. Kalau mau dibandingkan jgn pendapatan per kapitanya, tapi GDP nya. Indonesia menang jauh. Haha.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *