If you were given a chance to write whatever you want anonimously, how would you do it, and what would you write?
Mungkin begitu kira-kira premis beberapa aplikasi yang belakangan happening. Salah satunya, aplikasi buatan Indonesia, yang berjudul LegaTalk. Out of curiosity, I downloaded the app, and suddenly it makes me think about a lot of things.
Tentang bagaimana ‘kebebasan’ bisa dengan mudahnya disalahgunakan.
Tentang bagaimana ‘kekuasaan’ bisa dengan mudahnya membuat orang jadi jahat.
Tentang bagaimana ‘self-control’ benar-benar diuji dengan kemudahan yang diberikan.
Di LegaTalk, sebenarnya sudah ada terms and conditions, salah satunya:
“Any Content uploaded by Users should NOT contain: spam, nudity, gratuitous violence, discriminatory, sexual harassment, pornography, suicide tendency, or pedophilia tendency. The Content also should NOT be illegal, unlawful, offensive, harmful, inappropriate, hateful, abusive, or violate any right of any party.”
Namun yang namanya T&C, berapa banyak sih, yang membaca DAN mengaplikasikannya?
Apakah user LegaTalk nggak akan berkata jahat terhadap orang lain?
Apakah user LegaTalk nggak akan menyebarkan fitnah?
Apakah user LegaTalk nggak akan posting gossip yang nggak jelas?
Apakah user LegaTalk nggak akan nge-bully orang lain yang curhat?
Kebebasan sering kali diartikan ‘boleh ngapain aja terserah gue elo gak bisa ngelarang gue bweeek!’ Apalagi kebebasan di dunia maya. Di Twitter aja yang ada username-nya, banyak bener kok yang masih nyela fisik, ngata-ngatain orang yang dia benci dengan amat frontal dan kasar, memaki-maki mantan… the list goes on and on.
Behind those words and sentences, there’s a human who has feelings. Remember this before you want to post something. And imagine how would you feel when people are bullying you.
Just because you can say ‘whatever’ you want on internet, it doesn’t mean you hold no responsibility to what you say.
Jadi kira-kira, siap nggak dengan ‘godaan’ dari LegaTalk? Godaan untuk ngomongin orang tanpa ketahuan, godaan untuk ngata-ngatain orang tanpa harus ‘bertanggungjawab’, godaan untuk bikin orang tersinggung dengan komen yang diketik tanpa mikir, godaan untuk menjadi orang paling nyebelin karena status dan komentar yang ofensif?
Atau…
Elo malah kepengin nge-test, sejauh apa elo bisa menahan diri untuk nggak menjadi ‘dewa’? Sejauh apa elo bisa menahan diri untuk nggak nge-bash orang yang elo sebal? Sejauh apa elo bisa menahan jempol untuk nggak nge-bully walau elo bisa? Sejauh apa elo bisa mengontrol diri elo untuk nggak komen di-post orang dengan kalimat yang menjatuhkan dan menghina?
Kalau mau mencoba sejauh apa elo punya kontrol atas diri dan jemari, silakan ke sini untuk pengguna iOS, atau ke sini untuk pengguna Android.
Oh, ya. Gue mau berbagi beberapa postingan di LegaTalk. Dari yang sifatnya #lifeguide berbau curhat, yang curhat beneran, sampai postingan absurd yang bikin ngakak. Have a read, and have fun!
#Lifeguide (yang berbau curhat)
Curhat Beneran:
Ketawa, yuk? X))
Akhirnya, pertanyaan abad ini:
One response to “The “Freedom” on Your Thumb(s)”
Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me.