Gundar, Bestfriend and Soulmate.


I have a story to tell. Tentang salah satu sahabat terbaik gue, my soulmate, yang udah meninggal.

Katanya, soulmate itu nggak harus berwujud sebagai suami, istri, atau kekasih. Bisa jadi, soulmate adalah seorang sahabat. Pernah gak, saat kenalan sama seseorang, langsung merasa hangat dan sepertinya udah kenal lama sama orang itu? Rasa hangat dan langsung akrab itu gue rasakan saat kenalan dengan Gundar, waktu kita sama-sama kelas 1 SD. Kita langsung ‘klik”.

Dari manjat genteng sekolahan, sampe berantem gara-gara rebutan jajanan terus baikan lagi, gue alami bareng si Gundar. Dihukum guru lari keliling lapangan sekolah, juga pernah gue alami berdua sama anak sableng ini. We’re like Tom and Jerry. :))

Pas naik kelas 5 SD, gue pindah ke Malang. Pertemuan dalam bentuk fisik kami lanjutkan dalam bentuk surat. Email waktu itu belum ngetop. Surat-surat yang kita kirim bisa sampai berlembar-lembar. Gue bisa dengan sangat lancar cerita apa aja sama Gundar. Pernah, ada satu surat dia yang cuma bertuliskan: “KAMU BEGOOOO! HAHAHAHAHAHA!” Udah, gitu doang. Gara-garanya: Di Malang, gue yg gak bisa bahasa Jawa disuruh ke warung sama temen, bilang begini: “Beli jancuk, Mbak” Langsung dipelototin, deh….

Days and months and years gone by. Selama dua tahun, gue dan Gundar surat-suratan. Sebulan bisa sampai 3 kali. Sayang, surat-suratnya ilang. :’( Lalu, pas naik kelas 3 SMP, gue balik ke Pontianak. Orang pertama yang gue cari, ya si Gundar. And i was stunned. He was so tall! Gue yang kecil imut gini cuma sebahunya dia. Padahal waktu SD tinggi kita sama, lho. Makanya gue sempat nuduh dia ini nelen linggis…

Kenakalan kita berlanjut. Suatu hari sepulang sekolah, kita pengin main ding-dong (semacam video game) Street Fighter, tapi gak punya duit! Solusinya: koin 100 an yang gede itu kita bolongin, ikat tali, dan meluncurlah ke game center. Modal 100 perak, main sampe puas! :))) Sayangnya, sepandai-pandai tupai menipu, akan ketahuan juga. Kita berdua ketangkep basah sama penjaga game centernya. Tapi Gundar melindungi gue. Dia yang ngaku it was his idea, while it was actually mine. :( Waktu disuruh ganti rugi, Gundar yang nalangin semua. Gue dilarang ganti sama dia. Jelaslah gue langsung ngotot, sampe musuhan. Hadeuhh…

Seminggu cuek-cuekan, dia tau-tau ke rumah, sambil pamer motor barunya dan ngajak gue jalan. Permusuhan kami langsung terlupa. Gue inget banget saat dibonceng dia keliling Pontianak yang seupil, dia ngomong gini,

“Lex, kira-kira kita bisa temenan berapa lama?”

Jawaban gue: “Itu becak di depan, begoooooo!!” Selanjutnya, gue udah melayang dan menghantam aspal. Gundar terseret motornya.

Becak yang ketabrak motor Gundar terbalik. Untungnya, gue cuma lecet dikit doang. Tapi Gundar pingsan di tempat dengan kepala berdarah. Tukang becak langsung marah-marah. Karena emosi, orangnya gue bentak dan gue suruh bawa Gundar ke rumah sakit. Padahal abang becaknya serem, orang Madura, tapi anehnya nurut.

Kata dokter, Gundar cuma luka luar. He will be fine, katanya. Well, the doctor is still human with mistakes. Gundar was not fine.

Beberapa hari setelah keluar rumah sakit dengan kepala masih diperban, Gundar kembali ke sekolah bawa motor. Padahal udah dilarang ortunya. Di sekolah, gue bawaannya cranky, bete dan gelisah kayak cewek PMS. Jantung pun berdebar terus. Ternyata intuisi memang tak pernah salah…

Saat bawa motor dengan kecepatan tinggi, Gundar menghantam truk gandeng. Motornya hancur terlindas truk yang juga lagi ngebut.Kata orang yang melihat kecelakaan itu, Gundar terbang nabrak badan truk, terguling di jalan, helm yang dia pakai copot dan kepalanya menghantam aspal.

Jam 12, ada guru masuk ke kelas. Tengkuk gue langsung dingin. Dan benar saja firasat gue. Gundar kecelakaan lagi. Koma. Di rumah sakit.

Pernah gak saat mendapat kabar mengejutkan, seluruh tubuh lo dingin, jantung seperti berhenti berdetak dan otak ngeblank? Yeah, that was me. Seluruh teman udah bergerak keluar kelas untuk ke rumah sakit, gue duduk mematung di bangku. Bibir begetar tapi airmata mengalir. Sampai akhirnya, guru gue menggandeng gue keluar kelas dan kaget karena badan gue sangat dingin. Feeling gue makin nggak enak saat itu.

Di kamar perawatan Gundar, seluruh keluarganya udah ngumpul. It’s like everybody knows he’s not gonna make it. Kepala Gundar hampir seluruhnya tertutup perban, darah merembes dari sela perban. It broke my heart to see him laying helpless like that. Gue nggak sanggup ngomong apa-apa, bahkan tangisan gue sama sekali nggak bersuara. Cuma airmata yang mengalir terus. Gak tega liat keadaannya.

Dokter masuk dan menyuruh semua keluar. Gue gak peduli dan berjalan ke samping tempat tidurnya. Gosh, remembering that moment.. *sobs*. So, gue mendekat, held his cold hand and whispered.

“Aku belum jawab pertanyaan kamu. Kita akan bersahabat selamanya.”

Lima belas menit kemudian, Gundar pergi. Mamanya pingsan di tempat. Teman-teman yang menunggu di luar histeris semua. Saat jenasah Gundar di dorong keluar kamar, it’s like something was taken away from me. A part of my soul that’s not gonna come back. :’(

He was only 15 when he died. And he was a great person with big heart. Di pemakamannya, gue lepas kontrol. Gue melarang petugas menurunkan peti matinya. Gue ngamuk, histeris dan terus peluk peti mati Gundar sambil teriak kayak orang gila. Sampe akhirnya, gue terlalu lemas untuk melawan. Tanah merah mulai menutupi peti mati Gundar. Gue hanya bisa terisak pelan.

Kalau Gundar masih hidup, mungkin gue dan dia akan kayak Chandler dan Joey dari serial Friends. I’d be Joey, and Gundar is the Chandler, with a very beautiful wife and lovely children.

Bahkan, ulang tahun gue dan dia cuma beda sehari. Today (February 4th) is his birthday. Happpy birthday, Gundar. *peluk*

The saddest thing is, gue bahkan nggak punya foto berdua sama si Gundar. Sahabat macam apa gue? :(

Friendship is one of the most beautiful and purest thing in the world. Cherish it always. :’)

Gue emang nggak bisa memilih keluarga gue. Tapi, gue bisa memilih sahabat-sahabat gue. Gundar was definitely one of them. He will always have a special place in my heart.

So yeah, that’s my story with Gundar. He IS still my soulmate.

 

 


19 responses to “Gundar, Bestfriend and Soulmate.”

  1. So sorry you lost your soulmate. But glad that you had one. Not many people is blessed to find his/her soulmate. I think Gundar treasured you a lot that he asked you that question.

  2. Sahabat: keluarga yang jadi hadiah dari kita untuk diri kita sendiri. :”) Thank you for this story Koh.. Walopun dibacanya sambil gemetaran :”)

  3. Merinding banget bacanya. Tapi gue percaya pasti dia bahagia disana karena punya sahabat kayak koh :)

  4. Pernah ngalamin mirip gini jg.sobat deket yg mninggal gara2 kcelakaan.lbh nyesel lg soalny pas mninggal pas aq lg marahan gara2 dia ingkar g dtg acara makan2 dgn alasan kerjaan.really know how it feels..

  5. Mmm pernah ngerasain hal yang sama,bahkan di hp gw yg lama masih nyimpen no hp nya,seakan gw masi nunggu no itu nelp atau sekedar sms….

  6. Nobody understands how it feels to lose someone who’s meant so much, so unexpectedly, unless they are in our shoes. *hugs*

  7. Gw jg pernah kehilangan sahabat dr SD kelas 4, dia meninggal SMP kelas 3. Kokonya yang ngabarin gue lgsg ke telepon rumah gue.

    Sepulang dari pemakaman, I couldn’t stop crying for a week. And her last word di buku kenangan angkatan “Sesuatu akan terasa lebih berharga kalau sudah pergi, atau hilang”

    And she will always be my best part of my soul.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *